Nganjuk, MEMO
Tanaman kopi di Kabupaten Nganjuk akhir akhir ini tampaknya mulai jadi primadona dibandingkan dari beragam jenis tanaman perkebunan lainnya seperti tebu, tembakau,cengkeh,coklat, kakau dan lainnya.
Kenapa begitu ?. Itu terinspirasi karena budaya ngopi mulai digandrungi tidak hanya dari kalangan orang tua saja, namun sudah jadi menu utama minuman santai anak muda. Tak heran jika saat ini banyak bermunculan cafe atau warung angkringan yang menyajikan menu seduhan kopi berbagai cita rasa.
Dengan ngetrennya budaya ngopi saat ini, dari pengamatan para penikmat kopi mania yang berhasil ditemui wartawan mengatakan lambat laun bisa menggeser kebiasaan buruk anak muda yang suka ” Miras” .
Melihat fakta dilapangan seperti itu, tampaknya jadi agenda besar Pemerintah Kabupaten Nganjuk untuk memberi bimbingan teknis ( Bimtek) kepada petani dengan harapan wawasan petani lebih maju dan memiliki metode konvensional dalam peningkatan hasil produksi sampai pasca panen.
iHal itu seperti disampaikan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk, Judi Ernanto,SPi,MM melalui Kabid Perkebunan,Dra,Sri Soebekti,MM untuk mewujudkan cita cita itu dinas intens turun kelapangan melihat secara langsung pola petik biji kopi dan metode petani dalam memproses pecah kulit biji kopi. Termssuk tata cara penjemuran biji kopi yang benar. ” Petani masih butuh bimbingan teknis secara intens,” terang Sri Soebekti saat ditemui di ruang kerjanya.
Untuk membuka cakrawala petani masih kata Sri Soebekti dinas mengajak petani kopi bertandang ke Kabupaten Blitar dalam rangka study banding seputar dunia kopi. ” Study banding ini bertujuan untuk menambah wawasan agar menjadi petani konvensional dan mampu berdaya saing,” ucapnya juga.
” Petani harus siap berdaya saing hilirisasi kopi. Tentunya tujuan dasarnya untuk peningkatan nilai tambah,’ terangnya juga.
Oleh karena itu, tambahnya lagi kedepannya guna memperkuat hilirisasi, dibutuhkan teknologi pengolahan, mutu cipta rasa dan branding atau pemasaran. Untuk mewujudkan itu kuncinya seluruh petani kopi untuk bersatu bersinergi agar mempunyai daya tawar kepada pembeli.
Selain itu lebih jauh disampaikan dia petani kopi juga harus bisa meningkatkan kualitas bahan baku begitu juga dengan pemanfaatan limbah kopi.” Petani kita ajari agar bisa memanfaatkan limbah kopi, baik untuk pupuk maupun pakan ternak,” pungkasnya.
Untuk diketahui wilayah penghasil kopi di Kabupaten Nganjuk untuk sementara waktu tercatat ada di tiga kecamatan. Yaitu Kecamatan Sawahan, Loceret dan Ngetos. Sedangkan luas lahan keseluruhan yang ditanami pohon kopi totalnya 218,55 ha. Dari total luas lahan tersebut Kecamatan Sawahan tercatat paling luas lahan yang ditanami kopi yaitu 162,55 ha. Untuk luas lahan tanaman kopi di Kecamatan Ngetos seluas 46,00 ha.Sementara di lahan tanaman kopi di Kecamatan Loceret seluas 10,00 ha.
Perlu diinformasikan juga belum lama ini Kabupaten Nganjuk melalui Dinas Pertanian telah menerima bantuan tiga unit mesin pengelola biji kopi dari Pemerintah Propensi Jawa Timur. Dan saat ini sudah bisa dimanfaatkan kelompok tani.(adi)