Begitu juga di dalam proses pemberantasan hama, Gubuk Lazaris menggunakan pestisida alami yang dihasilkan dari daun-daunan dan buah-buahan yang difermentasikan secara alami, termasuk bunga-bunga yang berfungsi sebagai pengalih perhatian hama.
“Proses organik dapat memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, serta membangun ekosistem yang berkelanjutan. Proses organik juga dapat mengendalikan organisme pengganggu tanaman, “ucap Romo Hardo.
Romo Hardo berharap bisa menjadi petani mandiri, yakni semua proses dilakukan secara mandiri. Seperti pengadaan benih, proses tanam, sampai panen dan pemasaran, semua dikelola sendiri.
Romo Hardo menuturkan, bahwa mulai belajar bertani pada tahun 2007 silam. Sedangkan Gubug Lazaris sendiri baru diresmikan pada tahun 2010.
Meski demikian, pria kelahiran Blora, Jawa Tengah itu tampak menikmati aktivitas di gubuknya. Suasana kebun seluas 2,5 hektar itu sangat asri. Selain sayur mayur, juga lahan pertanian juga di tanamani padi, jagung, kedelai, sorgum/canthel, pohon nangka, klengkeng, sirsat, blimbing dan masih banyak tanaman yang lain.
Untuk menghasilkan pupuk organik, Gubug Lazaris memelihara puluhan sapi. Dari kotoran sapi itulah, didapat pupuk organik, setelah melalui proses fermentasi.
Gubug Lazaris berada di Desa Sambirejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Sekitar 20 km arah Timur dari Gereja Katolik di Kota Kediri, tempat Romo Hardo mengabdi.