Example floating
Example floating
KediriPolitik Birokrasi

Skandal Politisasi Agama Terungkap: Candaan Kontroversial di Lingkaran Elite!

×

Skandal Politisasi Agama Terungkap: Candaan Kontroversial di Lingkaran Elite!

Sebarkan artikel ini
Skandal Politisasi Agama Terungkap: Candaan Kontroversial di Lingkaran Elite!
Skandal Politisasi Agama Terungkap: Candaan Kontroversial di Lingkaran Elite!

MEMO kediri

MUI angkat suara terhadap polemik politisasi agama terkait candaan kontroversial Zulkifli Hasan (Zulhas) yang menuai perdebatan terkait Surat Al-Fatihah dan gerakan tahiyat akhir. Kontroversi ini menggugah perhatian masyarakat terkait politisasi agama di tengah suasana politik yang memanas menjelang pemilihan umum. Bagaimana reaksi dan pesan dari para tokoh agama terkemuka terhadap hal ini?

Penegasan MUI dan Peringatan Penting Terhadap Politisasi Agama

MUI menyoroti polemik politisasi agama yang baru saja terjadi. Salah satunya adalah candaan Zulkifli Hasan (Zulhas) dari PAN terkait ketidakmengucapan ‘Amin’ setelah membaca Surat Al-Fatihah dalam salat, yang disebabkan oleh dukungan terhadap paslon presiden Prabowo-Gibran.

Zulhas bahkan membuat lelucon tentang gerakan tahiyat akhir yang seharusnya dilakukan dengan dua jari, bukan satu. Tapi, pernyataan tersebut menjadi viral di media sosial dan disorot sebagai penistaan agama. “Karena ini terkait politik, jadi jadi perhatian. Tapi, kita harus hati-hati,” ujar Ketua Umum MUI, Kiai Anwar Iskandar di Ponpes Al-Amin, Ngasinan, Kota Kediri.

Dia juga memperhatikan perilaku beberapa ulama dan politisi seperti Abdul Somad, Adi Hidayat, dan Anies Baswedan terkait lelucon tentang pendukung paslon tertentu yang menggunakan dua jari saat tahiyat akhir, bukan satu.

“Guru-guru ketika mengajar, harus hati-hati dalam berkelakar. Ketika calon presiden berbicara, harus hati-hati dalam bercanda. Ketika pimpinan partai bercanda dengan kata-kata agama, saya berharap mereka juga hati-hati,” pesan Gus War.

Pentingnya Berhati-hati dalam Bercanda Agama di Konteks Politik

Gus War menegaskan agar masyarakat, terutama pemimpinnya, berhati-hati dalam menggunakan kata-kata agama. Pasalnya, kata-kata dari pemimpin memiliki dampak besar, dan akan berdampak buruk jika tidak berhati-hati. “Kata-kata pemimpin adalah tindakan pemimpin. Oleh karena itu, harus hati-hati. Dampaknya bisa buruk jika tidak berhati-hati,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *