Ahmad Satriyo Novianto, 32 tahun, salah satu warga yang terdampak mengeluhkan bahwa bau minyak di air sumurnya semakin menyengat, terutama saat musim hujan. Dia berharap situasi ini segera terselesaikan.
Warga terdampak masih harus mengandalkan air bersih yang didistribusikan oleh SPBU Tempurejo, termasuk air minum kemasan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, distribusi air minum ini sering terlambat, menyebabkan ketidaknyamanan bagi warga.
Sulastri, warga lain yang terdampak, juga merasakan hal serupa. Meskipun sumurnya sudah diberi penanganan, air sumur tersebut masih berbau minyak. Dia merasa frustasi karena harus terus melaporkan masalah ini.
Dosen Teknik Lingkungan ITS Surabaya, Ipung Fitri Purwanti, menyatakan bahwa hasil pemulihan terakhir menunjukkan bahwa air sumur belum aman untuk digunakan. Oleh karena itu, tim akan melanjutkan pemberian cairan dispersant serta melakukan treatment di sembilan sumur lainnya, termasuk sumur tertutup yang sebelumnya belum ditangani.
Menurut Ipung, proses pemulihan air tanah yang tercemar membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan bisa mencapai tiga tahun. Namun, tim tetap optimis bahwa kondisi air akan membaik seiring berjalannya waktu.
Pemulihan Pencemaran Minyak di Kelurahan Tempurejo, Pesantren: Proses yang Memakan Waktu Namun Tetap Optimis
Meskipun telah dilakukan langkah-langkah pemulihan sejak bulan November hingga Februari, kondisi air tanah warga di Kelurahan Tempurejo, Pesantren, masih belum sepenuhnya pulih dari pencemaran minyak. Warga terus merasakan ketidaknyamanan akibat bau minyak yang masih tercium di air sumur mereka.
Namun, dengan adanya penurunan kadar TPH dalam beberapa sumur yang telah ditangani, tim pemulihan tetap optimis bahwa proses ini akan membuahkan hasil yang positif. Proses pemulihan pencemaran minyak memang memakan waktu, namun upaya terus dilakukan untuk memastikan air tanah kembali aman dan bersih bagi warga Kelurahan Tempurejo, Pesantren.
