Di tengah teriknya matahari dan angin kencang di Bukit Klotok, Kota Kediri, para arkeolog dari Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Timur menjalankan tugas ekskavasi mereka dengan penuh dedikasi. Tim ini menghadapi tantangan besar dalam menggali situs peribadatan kuno yang tersembunyi di bawah tanah, termasuk candi, paseban, dan patirtan. Proses ekskavasi yang dimulai sejak 2017 ini mengungkapkan kompleks peribadatan yang sangat luas dan lengkap, memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan budaya masa lalu.
Keunikan Kompleks Peribadatan di Bukit Klotok
Pada siang hari yang terik, angin kencang yang berhembus sedikit meringankan panas yang menyengat. Angin tersebut bahkan membuat mata terasa mengantuk dan meredup, terutama ketika berada di daerah yang lebih tinggi seperti Bukit Klotok di Kota Kediri.
Di tengah suasana yang tidak terlalu bersahabat tersebut, para anggota tim ekskavasi dari Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Timur tetap menjalankan tugas mereka. Para arkeolog ini bekerja dengan tekun, masing-masing dengan tanggung jawabnya sendiri. Ada yang sibuk memindahkan tanah dan bebatuan, sementara yang lainnya membentangkan meteran untuk mengukur jarak antar titik. Beberapa dari mereka juga sibuk menggambar peta dalam format dua dimensi, sementara yang lain mengamati dan menafsirkan objek yang ada di depan mereka.
Nurmala, salah satu arkeolog dari tim ekskavasi Candi Klotok, mengungkapkan ketidaknyamanannya terhadap cuaca. “Saya lebih baik menghadapi panas yang terik langsung. Panas ditambah angin kencang seperti ini justru membuat tubuh tidak nyaman,” ujar Nurmala.
Jam kerja para arkeolog ini mengikuti jadwal kerja kantor, dari pukul 07.30 hingga 16.00. Mereka memanfaatkan jeda istirahat siang yang singkat untuk mengisi kembali energi mereka.
Kawasan situs yang mereka gali sejak tahun 2017 ini terdiri dari beberapa titik, termasuk candi yang terletak di bagian atas bukit dan patirtan yang terletak di bawahnya. Karena posisi candi dan patirtan yang berjauhan, kontur tanahnya pun berbeda. Hal ini menyebabkan tantangan yang berbeda dalam proses ekskavasi.
“Di patirtan, tantangannya jauh lebih besar karena banyaknya batu-batu besar. Kami harus memindahkan batu-batu besar ini,” ungkap Nurmala. Setiap hari, tim ekskavasi sibuk dengan pemindahan material yang menutupi kawasan situs, seperti tanah dan batuan kecil, yang dipindahkan menggunakan ember-ember secara estafet.