MEMO, kediri – Bagi Imam Mahdi, kepala Bulog Cabang Kediri, mendaki gunung bukan hanya sekadar hobi ekstrem, tetapi juga membawa pengalaman yang tak terlupakan. Meskipun telah lama sejak pendakiannya di Gunung Rinjani, memori tersebut tetap membekas dalam pikirannya. Ia merasakan bahwa mendaki gunung adalah cara yang luar biasa untuk merenungkan diri dan memperdalam hubungan dengan Tuhan. Selain itu, hobi ini juga membawanya ke dunia persahabatan baru, menjalin ikatan yang kuat dengan sesama pendaki.
Manfaat Mendaki Gunung bagi Imam Mahdi: Merenung dan Mendekatkan Diri dengan Tuhan
Apa yang Menarik dari Mendaki Gunung? Menurut Imam Mahdi, memiliki daya tarik tersendiri. Hobi ekstrem ini membuatnya merindukannya. Tidak heran, sebagai Kepala Bulog Cabang Kediri, dia selalu ingin mendaki gunung. “Saya terakhir mendaki Gunung Rinjani, berangkat sendirian dari Jakarta,” ucap pria berusia 38 tahun yang mulai bertugas di Kediri pada 2 Mei 2023.
Pendakian itu dilakukannya pada tahun 2014. Meskipun sudah lama, kenangan mendaki membuatnya ingin mengulanginya lagi. “Saya merindukannya, tapi saat ini belum ada rencana,” ungkap ayah dua anak tersebut.
Imam mengakui bahwa mendaki gunung memiliki banyak manfaat. Baginya, itu adalah salah satu cara untuk merenung. Aktivitas tersebut dapat membuatnya melupakan hal-hal duniawi dan lebih dekat dengan Tuhan.
“Ketika berada di hutan, saya merasa kecil,” kenangnya.
Dengan hobinya ini, Imam telah mendapatkan keluarga baru. Dia masih sering berkomunikasi dengan orang-orang yang pernah ia temui saat mendaki. “Saya pernah turun dari gunung dan ditawari tinggal di rumah penduduk. Hingga sekarang, kami masih berkomunikasi,” ungkapnya.
Melalui pertemuan dengan para pendaki lainnya, Imam dapat menjalin persahabatan dengan orang-orang dari berbagai daerah. Hubungan tersebut tidak terputus. Ketika dia bertugas di suatu daerah, dia selalu menyempatkan untuk bertemu dengan pendaki yang pernah ia temui. “Ketika saya berada di Jakarta, kami bertemu dan minum kopi bersama,” katanya.
Pendakian terakhir Imam terjadi beberapa tahun yang lalu. Meskipun begitu, kenangan setiap kali mendaki gunung masih melekat dalam ingatannya. Peralatan pendakiannya pun masih utuh dan tersimpan. “Masih ada di Surabaya, meskipun kondisinya tidak seperti dulu lagi,” jelas alumni Universitas Airlangga, Surabaya tersebut.
Imam juga mengakui bahwa dia pernah melakukan perjalanan ke luar negeri, seperti Thailand dan Vietnam. Namun, baginya, tempat terindah tetaplah Indonesia.
Bagi Imam Mahdi, keinginan untuk mendaki gunung tetap ada meskipun belum ada rencana konkret saat ini. Aktivitas mendaki bukan hanya memberikan tantangan dan kegembiraan, tetapi juga mengajarkan pentingnya merenung dan mendekatkan diri dengan Tuhan. Selain itu, melalui pendakian, Imam Mahdi telah membentuk persahabatan yang langgeng dengan orang-orang dari berbagai daerah. Setiap kali ia bertugas di suatu daerah, ia senantiasa menyempatkan waktu untuk bertemu dengan teman-teman pendaki yang telah ia temui sebelumnya. Meski telah beberapa tahun sejak pendakian terakhirnya, kenangan akan pengalaman mendaki gunung masih kuat dalam ingatannya. Peralatan pendakian yang tersimpan pun menjadi saksi bisu dari petualangannya. Baginya, meskipun pernah melakukan perjalanan ke luar negeri, Indonesia tetap merupakan tempat terindah yang tak dapat tergantikan.