Berhentinya pembangunan Alun-Alun Kota Kediri berdampak secara signifikan, terutama bagi para pedagang kaki lima (PKL) yang telah direlokasi. Nasib puluhan PKL menjadi semakin prihatin dengan penurunan omzet yang mereka rasakan.
Pada Rabu malam (6/12), puluhan pedagang mengadakan pertemuan melalui forum yang diselenggarakan oleh Paguyuban PKL Alun-Alun. Dalam dialog tersebut, Ketua Paguyuban Pedagang Alun-Alun, Bagiyo, menyampaikan informasi terkait penghentian proyek alun-alun kepada pedagang yang belum mengetahuinya.
Dalam pertemuan itu, beberapa pedagang juga berbagi keluh kesah mereka. Salah satunya adalah Samik, yang mengeluhkan penurunan omzet yang signifikan. Dia merasa kecewa dengan penghentian proyek yang secara praktis berdampak buruk bagi para pedagang, yang akhirnya harus berjualan di lokasi relokasi lebih lama.
“Saya berharap Alun-Alun bisa diselesaikan secepat mungkin,” ujar Samik di hadapan rekan pedagang lainnya.
Umar, seorang penjual kopi yang awalnya berjualan di dalam kawasan paguyuban, juga merasa gelisah. Dia kesulitan beradaptasi di tempat baru dan tidak dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Umar mengakali situasinya dengan menjual terus-menerus, dengan istri yang membantu menjaga warung pada pagi hari dan bergantian dengannya pada sore hingga pagi.
Menghadapi Krisis Ekonomi, Pemerintah Kota Kediri Berkomitmen Memberi Solusi
Menurut Umar, pendapatan yang terkumpul setiap harinya tidak lebih dari Rp 100 ribu setelah direlokasi, sementara sebelumnya, di samping Dhoho Plaza, omzetnya bisa lebih dari dua kali lipat. “Saya baru tahu kalau proyeknya berhenti,” ungkapnya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Kediri, Wahyu Kusuma Wardani, menyatakan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti keluhan pedagang. Dia mengatakan bahwa dalam waktu dekat, pemerintah kota akan menggelar pertemuan dengan para pedagang untuk mencari solusi terbaik terkait permasalahan yang dihadapi PKL akibat pembangunan alun-alun.
“Pertemuan dengan paguyuban PKL direncanakan pada Rabu malam (13/12),” tandasnya.
Sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kediri telah melakukan pemutusan kontrak dengan PT Surya Graha Utama KSO Sidoarjo pada Kamis (30/11). Pemutusan kontrak dilakukan karena rekanan dianggap terlambat dalam merealisasikan pembangunan fisik alun-alun, dan hasil uji beton juga menunjukkan adanya kualitas yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
Dampak Berhentinya Proyek Alun-Alun Kota Kediri: Keluhan Pedagang dan Harapan Pemerintah
Puluhan pedagang kaki lima (PKL) Alun-Alun Kota Kediri merasakan dampak yang nyata akibat pembatalan proyek pembangunan. Dalam pertemuan forum yang diadakan oleh Paguyuban PKL Alun-Alun, keluhan para pedagang menjadi sorotan utama.
Mereka mengeluhkan penurunan omzet yang signifikan, kesulitan beradaptasi di lokasi relokasi, dan ketidakpastian masa depan usaha mereka. Salah satu pedagang, Umar, mengungkapkan bahwa pendapatan harian setelah relokasi tidak lebih dari Rp 100 ribu, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sebelumnya di sekitar Dhoho Plaza.
Meskipun demikian, ada harapan dari pemerintah setempat yang akan menggelar pertemuan dengan paguyuban PKL untuk mencari solusi terbaik. Dalam waktu dekat, rencananya akan diadakan pertemuan pada Rabu malam (13/12) untuk membahas masalah ini lebih lanjut.
Harapan akan adanya solusi yang memadai membawa sedikit optimisme bagi para pedagang yang kini dihadapkan pada tantangan ekonomi yang sulit.