“Tidak perlu repot membuat bumbu sendiri, sangat praktis,” tambah Haikal.
Dia juga mengungkapkan bahwa bumbu soto daging, rawon, lapis, gulai, tongseng, dan rendang merupakan favorit pembeli saat ini.
Selama perayaan Idul Adha, Haikal bahkan bisa menjual bumbu giling sebanyak 50 kg hingga 70 kg per hari, jauh lebih tinggi dari penjualan harian biasanya yang hanya sekitar 10 kg.
“Harganya Rp 5.000 per bumbu untuk daging setengah kilogram,” jelasnya.
Salah seorang pembeli bernama Rully dari Gampengrejo, Kabupaten Kediri mengakui bahwa dia memilih membeli bumbu giling untuk memasak daging kurban. Menurutnya, pembelian bumbu giling siap pakai lebih praktis dan cepat.
“Kadang-kadang saya juga langganan bumbu krengsengan di sini, selain praktis, setelah lelah olah daging tinggal masukkan bumbu,” kata Rully.
Bumbu Giling Pasca Idul Adha: Tren Konsumen Menuju Praktisitas dan Efisiensi
Dalam kesimpulan, kesuksesan bumbu giling pasca Hari Raya Idul Adha di Kediri memperlihatkan betapa signifikannya permintaan pasar terhadap kenyamanan dan efisiensi dalam memasak. Masyarakat semakin cenderung memilih bumbu giling siap pakai untuk menghemat waktu dan tenaga, terutama setelah mendapatkan potongan daging kurban. Haikal, salah satu penjual bumbu giling, melaporkan peningkatan omzet yang mencapai empat kali lipat, menunjukkan tren positif dalam industri ini. Fenomena ini juga mencerminkan preferensi konsumen yang lebih memilih praktisitas dalam memenuhi kebutuhan kuliner sehari-hari, tanpa mengorbankan rasa autentik dari hidangan tradisional seperti rendang, gulai, dan krengsengan.