Peristiwa petir yang menyambar jaringan pemantauan digital itu dapat disaksikan oleh petugas jaga di sana. Choirul Huda, seorang petugas jaga, bersama rekannya, menyaksikan langsung kejadian tersebut. Meskipun kejadian seperti itu sudah biasa, lokasi tersebut rawan tersambar petir.
Menurut Huda, pos ini juga pernah mengalami tiga kali mati karena tersambar petir tahun lalu. Meskipun rusaknya jaringan pemantauan digital di pos pantau tidak menjadi kendala bagi pengamat, proses kerja seismograf analog (manual) membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan yang digital.
Meskipun sudah dipasang penangkal petir dari Jerman, alat tersebut tidak berfungsi di sana, dan router wifi yang rusak tidak dapat diperbaiki karena stoknya habis di pos tersebut. Mereka telah melaporkan hal ini ke kantor pusat di Bandung untuk mendapatkan pengiriman kembali.
Hasil pengamatan manual hari ini menunjukkan bahwa tingkat aktivitas Gunung Kelud berada pada level 1 atau normal. Meskipun demikian, masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak memasuki atau mendekati kawasan kawah aktif Gunung Api Kelud karena dapat terjadi aktivitas vulkanik tiba-tiba yang dapat mengancam keselamatan.
Pemantauan Manual Pasca-Kerusakan: Tingkat Aktivitas Normal, Upaya Pemulihan Jaringan Digital Dilakukan
Dalam situasi darurat pasca-kerusakan alat pemantau digital akibat petir, pengamatan manual menjadi solusi sementara di pos pantau Gunung Kelud. Choirul Huda, petugas jaga, mengungkapkan tantangan mereka dengan tersambar petir yang sering terjadi di lokasi tersebut.
Meskipun demikian, mesin pengamatan manual masih dapat memberikan data tentang aktivitas Gunung Kelud. Pengamat memastikan bahwa, meski ada kendala, tingkat aktivitas saat ini masih tergolong normal pada level 1. Namun, masyarakat diingatkan untuk tetap menjauhi kawasan aktif gunung. Upaya pemulihan teknis tengah dilakukan untuk mengembalikan fungsi jaringan pemantauan digital.