Example floating
Example floating
Kediri

PUASA DAN TOLERANSI

×

PUASA DAN TOLERANSI

Sebarkan artikel ini

Sekali lagi kamu benar, santriku. Tetapi lupakah kamu bahwa kita berdoa, kita berpuasa, itu artinya kita sedang ngomong masalah cinta, cinta kepada Tuhan dan dengan bahasa cinta-Nya pula? Kita sedang membuktikan bahwa kita taat, tunduk dan patuh kepada Nya. Kamu kira, layakkah kita lapor tentang cinta kepada Nya, akan tetapi diam-diam diluar kita membenci, bahkan menghancurkan mahluq Nya? Cinta macam apa jadinya, ingat Tuhan telah menyatakan Innallohi maassoobirin Tuhan akan selalu beserta orang-oarng yang sabar. Jawab sang Resi dengan tenang dan jelas tampak kearifannya.
Harus diakui bahwa secara sembunyi-sembunyi kita mempunyai sifat egoisme yang tinggi dalam hal ibadah. Kita paksa orang lain untuk berbuat toleransi kepada kita tetapi sebaliknya kita tidak mau mentolerir apa yang mereka kerjakan. Apakah perbuatan kita sebagai umat Islam sudah tepat, bukankah Agama Islam mempunyai ajaran Rahmatan Lil alamin, itu artinya Islam mengajarkan kasih sayang bagi seluruh umat manusia.

Kembali kepada hakikat ibadah puasa, sebetulnya adalah merupakan penempaan diri kita. Kita berpuasa itu artinya kita sedang belajar untuk lapar, menahan dari nafsu kita dengan kata lain setelah kita belajar kelaparan selama satu bulan penuh, kita akan empaty pada teman-teman kita, saudara-saudara kita yang mungkin masih kelaparan. Setelah lulus dari latihan, sifat kebinatangan kita diharapkan akan hilang, kita tidak lagi makan makanan yang bukan hak kita, kita juga akan menghormati sesama. Sehingga kita terhindar dari Asfalassafilin serendah-rendahnya mahluq.

Oleh sebab itu ibadah puasa menurut Tuhan, adalah ibadah yang special, dilakukan hanya untuk Nya dan yang akan meng gaji hanyalah Tuhan. Itu artinya hanya tuhan yang tahu dan berhak menerima ibadah puasanya. Karena banyak umat Islam (termasuk yang mengaku-ngaku Islam) berpenampilan lapar, kelihatan lemas akan tetapi diam-diam diwarung yang sepi kita makan. Hal ini berbeda dengan ibadah lain, Sholat misalnya kita kalau tidak sholat akan kelihatan orang lain, tapi puasa tidak, hanya Tuhan yang tahu kita puasa apa tidak. Sehingga ibadah puasa dijadikan takaran sampai sejauh mana ketaatan dan kecintaan kita terhadap Nya.

Saya mengingatkan sebetulnya kita ini sering berlaku kemunafikan kepada Tuhan, bayangkan kita 5 kali dalam sehari bersumpah kepada Tuhan Innasholati, wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillah Sesungguhnya sholatku, ibadah hajiku, bahkan hidupku dan matiku hanyalah karena Alloh semata. Tapi diam-diam kita menginggkarinya, kita sholat, haji karena sesuatu lain, ini bisa karena macam-macam bisa karena bisnis, jabatan dan lain-lain. Apakah itu tidak munafik namanya ?

Akhirnya perjalanan ruhani selama puasa, bentuk amalan selama puasa memang sama. Haus dan laparnya sama. Tapi tidak dalam hal kualitasnya, sikap jiwa ketika berpuasa itu dilakukan, mungkin tidak bisa sama. Padahal dalam beribadah kepada Nya kualitas itulah yang menentukan. Semoga puasa kita selama ini akan betul-betul dapat menjadi jalan untuk mencapai kesucian diri betul-betul fitrah. Dan kemaksiatan yang sudah dihentikan selama bulan ramadlan tidak kembali lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *