Pantauan terbaru menunjukkan adanya kehadiran busa berwarna putih yang diduga limbah domestik di Sungai Brantas, tepatnya di selatan Jembatan Bandarngalim. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri telah mengambil sampel untuk pengujian lebih lanjut guna menentukan sumber pencemaran yang mengkhawatirkan.
Pencemaran Sungai Brantas oleh Limbah Domestik
Kondisi Sungai Brantas yang tercemar oleh limbah bukanlah sekadar masalah sepele. Kemarin, ditemukan busa berwarna putih di sekitar area selatan Jembatan Bandarngalim yang diduga sebagai limbah domestik. Untuk memastikan asal limbah tersebut, Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP) Kota Kediri mengambil sampel limbah untuk diuji.
Limbah berbentuk busa putih tersebut terlihat terkonsentrasi di tepi bantaran sungai sebelah timur, tepatnya di selatan Jembatan Bandarngalim. Hingga pukul 12.30 kemarin, busa tersebut tampak menyebar sepanjang sekitar 20 meter dengan lebar sekitar satu meter.
Menurut Ketua RT 1 RW 2 Kelurahan Kampung Dalem, Kecamatan Kota Arifah, busa di dekat muara anak Sungai Brantas muncul secara tidak teratur, tidak setiap hari.
Namun demikian, dia mengakui bahwa kemunculan busa kemarin lebih mencolok dibanding hari-hari sebelumnya. Meskipun begitu, menurutnya tidak ada aroma yang dihasilkan dari busa limbah tersebut. “Bau hanya muncul saat hujan. Bau seperti bau selokan. Ini disebabkan oleh aliran sungai yang jauh, mulai dari Pasar Pahing, Banaran, Tosaren, semuanya mengalir ke sini,” ujarnya.
Dalam menanggapi kemunculan limbah busa di Sungai Brantas, petugas DLHKP Kota Kediri segera mengambil sampel di lokasi temuan tersebut. Rencananya, sampel air tersebut akan diuji di laboratorium di Mojokerto.
Sungai Brantas Tercemar Busa Putih
Mereka juga melakukan pemeriksaan di sepanjang aliran anak sungai untuk menemukan sumber limbah yang mencemari sungai terpanjang di Jawa Timur ini. “Kami mengambil sampel air di beberapa titik lokasi di hilir, tengah, dan hulu,” kata Kepala DLHKP Kota Kediri, Imam Muttakin, sambil menyebutkan bahwa sampel tersebut akan diuji di Labkesda Kota Kediri.
Meskipun belum dapat menyebutkan dengan pasti sumber pencemaran, Imam menduga bahwa limbah berasal dari rumah tangga atau domestik. Hal ini berdasarkan temuan bahwa busa hanya ditemukan di muara anak sungai.
Menurut Kepala Bidang Penataan dan Penaatan Lingkungan Hidup DLHKP Kota Kediri, Aris Mahmudin, kemunculan busa di muara anak sungai ini terkait dengan adanya tanggul di badan sungai pada beberapa titik tertentu. “Ada tiga tanggul sebelum Sungai Brantas. Setelah melewati tanggul-tanggul tersebut, baru muncul busa itu. Jadi kemungkinan besar busa berasal dari limbah domestik yang dibuang ke sungai dan kemudian terjadi gerogotan air, baru muncul busa,” jelasnya.
Meskipun begitu, Aris menegaskan bahwa DLHKP akan tetap menguji sampel air di laboratorium. Selain di Labkesda Kota Kediri, sampel air juga akan diuji di laboratorium di Mojokerto.
Sementara itu, aktivis lingkungan Endang Pertiwi memiliki pendapat yang berbeda. Menurutnya, limbah busa yang ditemukan di Sungai Brantas berasal dari industri. “Mungkin berasal dari industri di sebelah timur yang bermuara di Sungai Brantas,” katanya.
Lebih lanjut, Endang menyebutkan bahwa sebelumnya juga pernah ditemukan limbah dari pabrik tahu di sekitar Jembatan Brawijaya. Namun, masalah tersebut telah diatasi dan tidak ada temuan lagi setelahnya.
Pencemaran Sungai Brantas: Upaya Penanganan dan Tantangan Masa Depan
Dari temuan limbah berupa busa putih di Sungai Brantas, tindakan cepat dilakukan oleh DLHKP Kota Kediri dengan mengambil sampel untuk pemeriksaan di laboratorium. Meskipun dugaan awal mengarah pada limbah domestik, aktivis lingkungan menyoroti kemungkinan keterlibatan industri. Upaya pengujian dan penelusuran sumber pencemar harus terus dilakukan untuk menjaga kebersihan Sungai Brantas, mengingat pentingnya sebagai salah satu sumber air utama di Jawa Timur.