Kisah tragis Ali Shoim, warga Desa Puhjarak, Kecamatan Plemahan, terbakarnya rumahnya yang habis dilalap api, menggugah hati. Kejadian tak terduga ini meninggalkan jejak kepahitan dan pengharapan atas bantuan, sementara Ali bersama keluarga berjuang bangkit dari puing-puing kebakaran.
Kisah Perjuangan Ali Shoim dan Keluarga Pasca Kebakaran Hebat
Ali Shoim tengah membersihkan lantai di dekat tempat wudu masjid di Desa Puhjarak, Kecamatan Plemahan. Seorang pria berusia 50 tahun, dia sedang menyapu jelaga yang telah meninggalkan warna hitam yang mencolok di lantai.
Dia berulang kali menuangkan air dari ember, berusaha keras untuk menghilangkan jelaga yang menempel dengan cara membasuhnya.
Di sekitarnya, udara masih terasa panas, berasal dari puing-puing reruntuhan rumahnya yang terletak tepat di depan masjid. Ya, rumah Ali Shoim baru saja hangus terbakar habis, tidak tersisa bentuknya.
“Namun musibah tidak bisa ditolak. Yang bisa kita lakukan hanya sabar,” ujarnya sambil mengajak salah seorang anaknya untuk salat duhur. Anaknya, yang sebelumnya sibuk mencari barang-barang yang bisa diselamatkan dari tumpukan puing, mengikuti ajakan ayahnya.
Ali lebih memilih untuk mendekatkan diri pada Tuhan terlebih dahulu, berharap mendapat ketabahan dalam menghadapi cobaan yang menimpanya.
Saat kebakaran terjadi, Ali tidak berada di rumah. Dia tengah ikut serta dalam kegiatan bakti di lahan wakaf milik temannya di desa tetangga. Hingga salah seorang kawannya datang berlari mendekatinya.
“Darah, rumahmu terbakar!” teriak temannya.
Ali terkejut. Ditemani oleh teman-temannya yang lain, ia segera bergegas menuju rumah. Namun, dalam perjalanan, ia sudah merasakan bahwa rumahnya pasti sudah rata dengan tanah. Sebab rumahnya terbuat dari kayu jati dan dinding anyaman bambu.
Begitu sampai di lokasi, warga telah berkumpul. Bangunan tempat tinggalnya sehari-hari telah lenyap, hanyalah puing-puing yang terbakar.
Petugas pemadam kebakaran masih sibuk memadamkan sisa api yang tersisa.
Ali hanya bisa terdiam lemas, terutama saat melihat luka di tangan sang istri, Aan Setiari.
Dari cerita sang istri, Ali mengetahui bagaimana kejadian itu terjadi. Saat itu, sang istri tengah memasak sayur di dapur. Namun, di tengah proses memasak, tiba-tiba perutnya mulas. Ia pun bergegas menuju kamar mandi masjid.
Ketika keluar dari kamar mandi, Aan terkejut melihat rumahnya sudah dalam keadaan terbakar hebat.
Dukungan Masyarakat: Ali Shoim dan Perjuangannya Memulai Kembali Hidup
Dalam kepanikan, Aan berusaha masuk ke dalam api untuk menyelamatkan barang-barangnya, yang menyebabkan tangannya terbakar.
Saat berada di dalam, dia melihat kompor yang ditinggalkannya. Sayurnya tidak terbakar. Yang terlihat adalah api keluar dari tabung gas elpiji tiga kilogram.
Tetangga yang datang menarik Aan keluar dan berpesan agar tidak kembali masuk ke dalam api yang sudah berkobar hebat.
Mayoritas yang berusaha memadamkan api adalah perempuan, karena kebanyakan pria sedang berladang. Namun, api tak juga padam, terutama dengan angin yang bertiup kencang.
Tidak lama kemudian, dua unit pemadam kebakaran tiba dan berusaha memadamkan sisa api. Namun, saat berhasil dipadamkan, rumah Ali yang memiliki luas 15×12 meter itu telah lenyap tak bersisa. Barang-barang seperti lemari es, HP, televisi, perabotan rumah, dan sebagian besar pupuk serta kayu jati telah hangus terbakar. Hanya tersisa dua meja kecil dan satu tabung gas elpiji yang berhasil diselamatkan.
Untungnya, sepeda motor milik Ali yang biasanya digunakan anaknya untuk sekolah masih selamat, karena kebetulan sedang digunakan anaknya yang duduk di kelas XII SMA.
Sekarang, Ali hanya bisa pasrah. Meskipun kerugiannya mencapai ratusan juta, dia tetap bersyukur karena keluarganya selamat.
Namun, dia berharap untuk mendapatkan bantuan, terutama dari pemerintah.
Saat ini, Ali tinggal sementara di ruangan salah satu gedung PAUD yang berada di seberang rumahnya. Dia menyekat ruang kelas untuk sementara sebagai tempat tinggalnya, sementara istri dan kedua anaknya tinggal di rumah saudaranya.
“Karena saya akan merasa sungkan jika tinggal di rumah saudara. Selain itu, anak-anak saya masih kecil,” ujarnya.
Mengangkat Harapan dari Puing-Puing: Kebijakan Menyentuh Jiwa Ali Shoim Pasca Kebakaran
Ali Shoim, dalam cobaannya yang mendalam, menunjukkan bahwa kekuatan bukanlah tentang bertahan di masa kejayaan, melainkan bangkit kembali saat dunia terasa runtuh. Kehidupan sederhana yang terpatri di Desa Puhjarak ini, melalui peristiwa tragis, menitikberatkan pentingnya solidaritas dan tolong-menolong di antara sesama.
Kesabaran Ali dan semangat untuk berdiri kembali adalah contoh yang memotivasi untuk tidak menyerah di tengah badai.