MEMO, Nganjuk – Longsor di Dusun Bruno, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan telah meninggalkan trauma mendalam bagi warga setempat. Ketakutan dan kecemasan meluasnya longsor serta potensi luapan sungai terus menghantui mereka. Dengan tanah yang gembur di daerah tersebut, penduduk khawatir akan terjadinya longsor lebih lanjut dan dampaknya terhadap pemukiman mereka.
Kekhawatiran Warga akan Perluasan Longsor di Dusun Bruno
Longsor di Dusun Bruno, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan masih meninggalkan trauma yang mendalam. Warga yang tinggal dekat area longsor merasa cemas dan khawatir akan meluasnya longsor akibat luapan sungai.
Kekhawatiran warga ini disebabkan oleh kondisi tanah yang sangat gembur di daerah tersebut. Salah satu warga yang masih merasa takut adalah Katimin, berusia 56 tahun. “Bagaimana jika hujan turun? Tanah yang gembur bisa menyebabkan longsor semakin meluas,” tanya Katimin dengan penuh kekhawatiran.
Rasa takut ini masih terus menghantui pikiran Katimin karena ia menyaksikan bagaimana tanah dengan cepat meluncur dan menghancurkan semua tanaman di sekitarnya. Kejadian longsor yang terjadi pada hari Senin (4/6) masih terbayang jelas dalam ingatannya, terlebih lagi rumahnya hanya berjarak 100 meter dari lokasi longsor tersebut.
Katimin, seorang ayah dari dua anak, menjelaskan bahwa tanah di belakang rumahnya masih dalam kondisi kering. Jika hujan deras terjadi, rumahnya bisa terancam tergerus seperti yang terjadi pada Senin lalu.
Kekhawatiran akan luapan air sungai juga dirasakan oleh Dwi Novianti, 42 tahun. Meskipun titik longsor berjarak jauh dari rumahnya, banjir sungai membuatnya merasa cemas. “Rumah saya berjarak sekitar 300 meter dari titik longsor. Namun, tanahnya terus bergerak dan menutupi sungai serta menimbun tanaman di sekitar rumah saya,” tambah ibu dari tiga anak ini.
Jika luapan air sungai terjadi, tanah tersebut bisa sampai ke pemukiman penduduk. Apalagi Dwi pernah menghitung bahwa sudah ada lima kali kejadian longsor di tempat yang sama, dari yang awalnya kecil hingga semakin besar.
“Waktu itu saya sedang membersihkan belakang rumah. Saya melihat ada longsor kecil, sehingga saya segera masuk ke dalam rumah. Kemudian terjadi longsor yang lebih besar dan yang terekam dalam video adalah longsor ketiga,” ungkap Novi.
Dalam wawancara dengan wartawan Jawa Pos Radar Nganjuk, Novi mengaku masih merasa takut ketika mengingat kejadian longsor sebelumnya. Jika terjadi hujan lebat, tanah di sekitar daerah longsor dapat kembali tergerus.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nganjuk, Abdul Wakid, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan pembersihan sementara di aliran sungai. “Kami fokus menjaga area sekitar daerah longsor dan membersihkan aliran sungai terlebih dahulu,” ujarnya.
Mulai pukul 06.00 hingga 13.00 kemarin siang, sungai yang memiliki lebar mencapai 4 meter sudah dapat mengalirkan air, meskipun hanya dalam waktu sementara. “Kami juga berencana menggunakan alat berat besok untuk mempercepat pembukaan aliran sungai dari tumpukan tanah longsor,” tambah Wakid.
Peristiwa longsor di Dusun Bruno, Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan telah membawa dampak traumatik bagi warga setempat. Kekhawatiran akan meluasnya longsor dan bahaya luapan sungai menjadi beban pikiran yang berlarut-larut bagi penduduk. Upaya penanggulangan dan pembersihan sementara telah dilakukan oleh BPBD Kabupaten Nganjuk, namun ketakutan masih menyelimuti masyarakat setempat. Langkah-langkah berkelanjutan dan perlindungan terhadap pemukiman menjadi penting untuk mengurangi risiko dampak serupa di masa depan.