Dengan realita kehidupan yang dijalani Risky seperti itu, akhirnya putra kedua dari empat bersaudara ini sejak dua pekan meninggalkan bangku sekolahnya, dikabarkan oleh kedua orang tuanya bahwa Risky saat ini sudah menjadi kuli kasar di proyek tol yang ada di wilayanh Sukomoro.
” Kabar itu saya tahu baru lima hari ini. Semula anak saya pergi dari rumah tidak pamit. Setelah saya cari kemana mana baru ketemu dan bekerja di proyek tol sukomoro,” ucapnya sembari meratapi nasib anaknya.
Ditanya wartawan penyebab kepergian Risky dari rumah menurut Supeno awalnya ditanya kwitansi pembayaran dari sekolah
sebesar Rp 700 ribu. Namun dia ( Risky) tidak bisa menunjukkan alasanya karena pihak sekolah tidak memberikan kwitansi. ” Mungkin takut akhirnya nekad pergi dari rumah dan baru beberapa hari bisa saya temukan keberadaanya ternyata bekerja di tol,” imbuhnya.
Lebih jauh ditanya wartawan, uang hasil bekerja nantinya apakah untuk melunasi hutangnya disekolah. Dengan berat hati dia (Supeno) menjawab dengan menggelengkan kepala tanda tidak tahu. ” Saya hanya berpesan segera masuk sekolah dan untuk berhenti bekerja. Tapi jawab anak saya menunggu sampai terima gajian pada hari minggu. Mungkin uang hasil dia bekerja untuk melunasi hutangnya disekolah,” tuturnya dengan mata berkaca kaca.