Nganjuk, MEMO
Program percepatan pembangunan infrastruktur khususnya jalan kabupaten ( penghubung antar desa dan kecamatan,red) di Kabupaten Nganjuk yang dianggarkan melalui dana APBD sampai tahun ini belum tuntas 100%.Masih ada titik lokasi jalan daerah yang belum tergarap. Dan kondisinya bisa dibilang lumayan parah.
Dengan kondisi jalan rusak tersebut lazim orang Nganjuk menyebutnya ” Wisata Jeglongan Sewu “. Istilah itu viral sudah beberapa tahun silam dan saat ini jadi branding topik lagi di tengah masyarakat.
Potret wisata jeglongan sewu tersebut kini muncul di ruas jalan daerah yang menghubungkan dua desa yaitu Desa Kedungrejo dan Desa Demangan Kecamatan Tanjunganom. ” Diperkirakan volume jalan rusak parah yang melintas di desa kami tersisa tinggal 600 meter,” terang Sujarwo Kades Kedungrejo Kecamatan Tanjunganom.
Kerusakan masih kata Sujarwo tidak hanya jalan umum saja, belum lama ini ditambah jebloknya saluran pembuangan yang berada di Dusun Surodadi RW 10 RT 02 Desa Kedungrejo. Karena lobangnya cukup besar berpotensi rawan menjadi penyebab kecelakaan bagi pengguna jalan yang belum hafal kondisi jalan.” Sebetulnya saya sudah tiga tahun anggaran terakhir ini mengusulkan ke pemerintah daerah,tapi sampai sekarang belum di ACC,” jelas Sujarwo.
Hal senada disampaikan sejumlah warga setempat bahwa untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan karena terperosok di lobang saluran pembuangan , para warga memasang rambu rambu seadanya berupa pohon pisang yang ditanam di lobang saluran tersebut. ” Warga berharap pemerintah daerah setidaknya bisa cek lokasi melihat secara dekat kondisi jalan dan saluran yang jeblok,” ucap Wariyono salah satu warga setempat.
Yang paling tidak nyaman bagi pengguna jalan yang melewati jalan daerah tersebut saat musim penghujan seperti saat ini. ” Para pemotor yang lewat sini wajib ekstra hati hati dan fokus. Kalau tidak bisa terjebak dalam jeglongan kobangan berbatu,” pungkas Wariyono. ( adi)