Mursalim, mantan striker Persedikab yang kini menjadi pilar pengembangan sepak bola di Kabupaten Kediri, membagikan kisah inspiratifnya. Dari gemerlap lapangan hingga ke desa-desa, Mursalim memimpin perubahan melalui olahraga yang dicintainya.
Kisah Inspiratif Mursalim: Dari Lapangan ke Desa, Transformasi Luar Biasa
Generasi muda, terutama yang dikenal dengan sebutan zoomer, mungkin tidak mengenal tokoh yang satu ini. Begitu juga dengan generasi milenial lainnya. Hal ini tidak mengherankan karena Mursalim muncul di dunia sebelum generasi tersebut lahir atau baru saja lahir.
Mursalim, yang tinggal di Desa Tulungrejo, Pare, dulu adalah seorang pemain sepak bola pada akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. Bagi penggemar sepak bola pada masa itu, kemungkinan besar mereka mengenalnya.
“Saya dulu menjadi striker di Persedikab, bermain bersama Musikan. Saat itu Persedikab masih bermain di Divisi Utama,” kenangnya ketika kami bertemu di rumahnya di Dusun Tegalsari.
Pada masa itu, Persedikab Kediri sedang berada di puncak kejayaannya, bermain di level tertinggi sepak bola Indonesia, mengungguli Persik Kediri yang masih berada di Divisi Dua. Itu adalah masa di mana nama Mursalim dikenal oleh banyak orang.
Namun, seiring berjalannya waktu, namanya mulai meredup, sejalan dengan penurunan performa karena bertambahnya usia. Akhirnya, pada tahun 2006, Mursalim memutuskan untuk pensiun dari dunia sepak bola saat usianya mencapai 29 tahun.
“Saya masih bermain, tetapi di level yang lebih rendah,” jelasnya.
Selain menjadi pemain sepak bola, Mursalim juga bekerja sebagai tenaga honorer di Pemerintah Kabupaten Kediri, mulai tahun 2004, sebelum akhirnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2010.
Meskipun telah pensiun dari Persedikab, dia tidak berhenti terlibat dalam dunia sepak bola. Pada tahun 2002, Mursalim mendirikan sebuah Sekolah Sepak Bola (SSB) yang diberi nama SSB Tunas Muda, yang kemudian berganti nama menjadi SSG FC Pare pada tahun 2022. SSB tersebut berlokasi di Pare dan Mursalim sendiri terlibat langsung sebagai pelatih, meskipun saat itu dia belum memiliki lisensi resmi.
“Lisensi pertama kali saya dapatkan pada akhir tahun 2018,” katanya.
Perjalanan Mursalim: Dari Pemain Bola ke Pelatih dan Penggerak Desa
Proses mendapatkan lisensi tersebut ternyata menjadi titik balik baginya. Dari materi yang dia pelajari, banyak pengetahuan baru yang membuatnya melakukan introspeksi. Mursalim menyadari bahwa banyak kesalahan yang dia lakukan saat masih muda.
“Saya menyadari bahwa melatih anak-anak tidak bisa dilakukan seperti saya dilatih dulu pada zamannya,” katanya.
Dia menyadari bahwa cara-cara kasar yang digunakan pelatih saat memberikan pelatihan tidak seharusnya ditiru. Begitu juga dengan jenis latihan yang diberikan. Anak-anak tidak seharusnya diberikan latihan fisik seperti yang dia alami dulu.
Selain itu, pengetahuan baru yang dia peroleh juga membuka pandangan baru baginya dan membuatnya memiliki tujuan baru, yaitu menciptakan bintang-bintang sepak bola dari tingkat bawah.
“Kabupaten Kediri memiliki banyak desa di dalamnya. Saya ingin memberikan peluang kepada orang-orang di desa-desa tersebut,” ungkapnya.
Setelah mendapatkan lisensi, Mursalim memulai program Sport for Development (S4D) dan mengadakan liga sepak bola di Kabupaten Kediri untuk anak-anak berusia U13, U15, dan U17. Menurutnya, dari situlah dia bisa menciptakan pemain sepak bola yang handal dan mencetak bintang-bintang dari desa-desa di Kabupaten Kediri.
“Saya tidak akan mengambil lisensi lagi, cukup dengan lisensi D. Biarlah generasi muda yang melatih para pemain profesional. Saya ingin fokus membina mereka untuk menciptakan bintang-bintang baru. Meskipun saya tidak menjadi pelatihnya, tetapi jejak dari mana dia berasal akan tetap ada,” katanya dengan tegas.
Menginspirasi Melalui Sepak Bola: Perjalanan Mursalim dari Lapangan ke Desa
Mursalim merupakan contoh nyata bagaimana seorang atlet dapat mengubah peran dan dampaknya dalam masyarakat. Dari karirnya sebagai pesepak bola di level tertinggi hingga menjadi agen perubahan di desa-desa, dia menunjukkan bahwa dedikasi dan semangat tidak pernah berakhir di lapangan. Melalui sekolah sepak bola dan program pengembangan olahraga, Mursalim tidak hanya mencetak pemain sepak bola berbakat, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk bermimpi lebih besar.