MEMO, Nganjuk – Penemuan dua batu yang diduga meteorit di hutan jati Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, telah memicu perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk berencana untuk memastikan keaslian kedua batu tersebut melalui penelitian ahli. Dalam upaya ini, mereka akan meminta bantuan dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran yang memiliki koleksi batu meteorit. Penemuan ini juga mengundang antusiasme dari warga setempat dan menimbulkan harapan bahwa batu-batu tersebut dapat menjadi sarana edukasi bagi anak-anak.
BPSMP Sangiran Dilibatkan untuk Meneliti Kepastian Batu Meteorit
Penemuan dua batu yang diduga meteorit di hutan jati Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, telah menarik perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk berencana untuk memastikan apakah dua batu tersebut benar-benar meteorit atau tidak. Untuk itu, Disporabudpar akan meminta bantuan dari para ahli untuk melakukan penelitian.
“Kami akan mengirimkan surat ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran untuk menginvestigasi kedua batu tersebut,” ujar Kepala Disporabudpar, Sri Handariningsih, melalui Kabid Kebudayaan Amin Fuadi pada hari sebelumnya.
Menurut Amin, di BPSMP Sangiran terdapat para ahli yang mampu memastikan apakah batu-batu tersebut merupakan meteorit atau bukan. Hal ini dikarenakan Museum Sangiran memiliki koleksi batu meteorit. Oleh karena itu, kepastian mengenai apakah dua batu dengan berat masing-masing sekitar 80 kilogram itu benar-benar meteorit atau bukan akan segera diketahui.
Namun, bagaimana jika kedua batu tersebut ternyata adalah meteorit seperti yang diduga oleh Amin sebelumnya? Amin mengaku belum dapat memastikannya. Apakah batu-batu tersebut akan dijadikan koleksi Museum Anjuk Ladang atau tidak, masih belum dapat dipastikan. Terlebih lagi, jika ada imbalan jasa yang harus ditanggung oleh Disporabudpar kepada penemu batu meteorit tersebut, yaitu Suprianto. “Jika Disporabudpar harus memberikan imbalan jasa, tentu akan sangat memberatkan,” ujarnya.
Sementara itu, Suprianto, seorang warga Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso, yang menemukan dua batu yang diduga meteorit, tidak keberatan jika BPSMP menginvestigasi batu-batunya. Ia juga menyatakan keterbukaannya kepada siapa saja yang ingin melihat langsung kedua batu tersebut yang memiliki diameter sekitar 18 cm di rumahnya. “Saya menggunakan batu ini untuk koleksi pribadi. Kemungkinan nanti bisa digunakan sebagai sarana pendidikan bagi anak-anak jika memang benar merupakan meteorit,” ujarnya.
Suprianto mengatakan bahwa sejak kabar penemuannya menyebar, banyak warga yang datang untuk melihat batu-batu tersebut. Bukan hanya warga Kota Angin saja, tetapi juga warga dari luar daerah yang berkunjung ke rumahnya untuk melihat secara langsung dan membuktikan apakah batu yang tertarik oleh magnet tersebut benar-benar meteorit atau hanya batu biasa. “Ada yang datang dari Tulungagung juga,” tambahnya.
Pria yang juga merupakan anggota Komunitas Sejarah Nganjuk (Kota Sejuk) ini menjelaskan bahwa ia tidak berencana menjual dua batu yang diduga meteorit tersebut. Ketika menemukan batu-batu yang diduga meteorit, harapannya adalah agar batu-batu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan bagi anak-anak.
Penemuan dua batu yang diduga meteorit di Desa Ngadiboyo, Nganjuk, telah menarik perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Dalam upaya memastikan keaslian kedua batu tersebut, Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) akan melibatkan BPSMP Sangiran dalam penelitian. Kehadiran batu-batu tersebut telah menimbulkan antusiasme dari warga setempat dan berpotensi menjadi sarana edukasi yang menarik bagi anak-anak. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh para ahli akan memberikan kepastian mengenai status meteorit kedua batu tersebut, serta menentukan langkah selanjutnya terkait pengelolaan dan pemanfaatannya.