NGANJUK,MEMO.CO.ID
Secara umum masyarakat Indonesia bukan tidak bisa membaca tapi tidak biasa membaca. Begitu ungkapan dari Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional , Drs.H.Supriyanto,M.Si saat menjadi nara sumber dalam agenda safari gerakan nasional pembudayaan kegemaran membaca yang digelar di pendopo Pemkab Nganjuk pada Senin (7/5/2018).
Ditegaskan pustakawan senior ini bahwa idealnya sebuah negara bisa dikatakan masyarakatnya memiliki minat baca tinggi jika satu buku Menurutnya itu sesuai patokan dari UNESCO.
Untuk Indonesia masih kata dia masih jauh dari harapan. Faktanya indeks minat baca masyarakat sangat rendah. ” Satu buku dibaca seribu orang. Memang faktanya seperti itu,” ucapnya saat diwawancarai sejumlah awak media.
Untuk merubah Indonesian people do not read or Indonesian people can not read lebih jauh dikatakan dia perlu adanya implementasi revolusi mental melalui mobilisasi pengetahuan. ” Pencapaianya masyarakat bisa disentuh minat bacanya secara inovasi dengan memperkenalkan melalui dialog atau diskusi panel dan membuka perpustakaan ditinglat desa desa pelosok,” ujarnya.
Hal senada juga dikatakan Prof.DR.Suyatno,M.Pd dari akademis Universitas Negeri Surabaya menjelaskan faktor penyebab kenapa minat baca masyarakat Indobesia rendah. Karena masyarakat masih menggganggap bahwa buku itu hanya miliknya orang pintar.Atau buku itu miliknya sekolah formal -non formal.” Dengan anggapan itu akhirnya masyarakat males mencari buku,”tandasnya.