MEMO, Nganjuk – Berambang goreng, meskipun lezat, membutuhkan banyak berambang dalam proses penggorengan. Harga berambang goreng jauh lebih mahal dibandingkan dengan berambang mentah, karena berambang secara otomatis akan mengempis dan beratnya akan menyusut drastis saat digoreng. Para penjual berambang goreng seperti Sumiyati di Pasar Sukomoro memilih berambang sortiran atau BS, karena harganya yang lebih murah. Harga berambang goreng juga fluktuatif tergantung pada harga kulakan berambang mentah di pasaran.
Penjual Berambang Memilih Berambang Sortiran untuk Alasan Harga
Berambang goreng membutuhkan berambang dalam jumlah banyak karena saat proses penggorengan, berambang akan mengempis dan beratnya akan menyusut drastis. Oleh karena itu, harga berambang goreng jauh lebih mahal dibandingkan berambang mentah.
Menurut Sumiyati, seorang penjual berambang goreng di Pasar Sukomoro, ketika digoreng, tiga kilogram berambang mentah hanya akan menghasilkan satu kilogram berambang goreng. Meskipun rumahnya berada di Pare, Kabupaten Kediri, Sumiyati lebih memilih untuk membeli berambang di Nganjuk karena menurutnya kualitas berambang Nganjuk lebih baik dibandingkan dengan daerah lain.
“Berambang Nganjuk memiliki rasa yang gurih dan renyah saat dijadikan berambang goreng,” puji Sumiyati.
Sebagai penjual berambang goreng, Sumiyati tidak membeli berambang grade A, B, atau C, melainkan berambang sortiran atau BS. Alasan utamanya adalah harganya yang lebih murah, karena harga berambang BS hanya separuh dari harga berambang grade A.
Harga berambang goreng yang dijual oleh Sumiyati dikatakan fluktuatif, mengikuti harga kulakan berambang di Pasar Sukomoro. Jika harga berambang mentah naik, maka harga berambang goreng juga akan naik, begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena berambang goreng membutuhkan berambang dalam jumlah yang banyak.
“Jika harga berambang mentah sebesar Rp 20 ribu per kilogram, maka saya menjual berambang goreng seharga Rp 85 ribu per kilogram,” ungkap Sumiyati.
Harga tersebut menurutnya adalah harga berambang goreng dengan kualitas yang baik, karena kualitas berambang mentah akan memengaruhi kualitas berambang goreng. Jika berambang mentah dalam kondisi yang buruk dan harganya murah, maka berambang goreng yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang kurang baik. “Ada pula yang dijual seharga Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram untuk berambang goreng dengan kualitas biasa,” tambahnya.
Di sisi lain, Parti, seorang pedagang berambang di Pasar Sukomoro, mengakui bahwa penjual berambang goreng memilih berambang sortiran atau BS karena harganya yang lebih murah.
“Jika tidak ada berambang sortiran, mereka akan memilih berambang yang ukurannya kecil-kecil,” jelasnya.
Dengan ukuran yang kecil, rasa khas berambang Nganjuk akan semakin terasa saat digoreng. Selain itu, pertimbangan harga juga menjadi faktor utama dalam pemilihan berambang, karena harga berambang berbeda tergantung pada ukurannya.
“Pedagang berambang sudah tahu apa yang diinginkan pembeli yang ingin membuat berambang goreng,” tambahnya.
Berambang goreng memiliki rasa yang lezat, namun proses penggorengan membutuhkan banyak berambang dan menyebabkan beratnya berkurang. Oleh karena itu, harga berambang goreng lebih tinggi daripada berambang mentah. Penjual berambang goreng memilih berambang sortiran atau BS karena harganya yang lebih murah. Harga berambang goreng juga berfluktuasi mengikuti harga kulakan berambang mentah di pasaran. Kualitas berambang mentah memengaruhi kualitas berambang goreng, sehingga harga berambang goreng juga bervariasi tergantung pada kualitasnya. Pedagang berambang memiliki pengetahuan yang baik tentang preferensi pembeli yang ingin membuat berambang goreng.