Dua remaja dari MAN 2 Kota Kediri, M. Rif’an Ahya dan Mohammad Raihan Irfanul Akbar, sedang menikmati permainan inovatif di lobi madrasah mereka, yang bukan hanya seru tapi juga edukatif. Game yang mereka mainkan, “Keche,” adalah hasil karya mereka yang bertujuan mengenalkan cagar budaya Kota Kediri melalui petualangan interaktif. Game ini telah mencuri perhatian dalam kompetisi Madrasah Young Researchers (MYRES) 2024, menembus 30 besar dari ribuan peserta se-Indonesia.
Raih Prestasi Nasional, Game ‘Keche’ Kenalkan Cagar Budaya dengan Cara Baru
Di lobi madrasah yang terletak di Jalan Letjend Suprapto, dua remaja tampak asyik bermain game di ponsel pintar mereka. Kedua pemuda ini, M. Rif’an Ahya dan Mohammad Raihan Irfanul Akbar, dengan cepat dan cekatan menggerakkan tokoh-tokoh dalam permainan yang mereka mainkan. Dalam permainan ini, mereka menjelajahi berbagai objek bersejarah yang ada di Kota Kediri.
Jadi, apa sebenarnya yang menarik dari permainan ini? Ternyata, game yang dimainkan oleh Ahya dan Raihan bukanlah game pertarungan seperti Mobile Legends, melainkan sebuah permainan petualangan yang mengajak pemainnya menjelajahi lokasi-lokasi cagar budaya. Ini adalah karya yang dibuat oleh tiga siswa dari MAN 2 Kota Kediri.
Salah satu dari ketiga pembuat game ini adalah Zacky Althaf, yang saat ini sedang tidak bisa bergabung karena sedang sakit. “Kami mulai merancang game ini sejak Maret, tetapi baru efektif dikerjakan pada bulan Juli dan Agustus. Ini karena kami harus menyesuaikan dengan aktivitas di madrasah,” ujar Ahya, menjelaskan proses pembuatan game yang berlangsung selama lima bulan.
Game edukatif ini dinamakan “Keche,” yang merupakan singkatan dari Kediri Cultural Heritage. Nama ini memang mencerminkan tujuan dari game tersebut, yakni mengedukasi pemain mengenai cagar budaya dengan cara yang menyenangkan dan sesuai dengan perkembangan zaman. Game ini mengajak siapa saja untuk berpetualang dan menjelajahi objek-objek bersejarah di Kota Kediri dalam format game interaktif.
Menariknya, ketiga kreator game ini bukan berasal dari Kota Kediri. Zacky, yang memulai ide ini, berasal dari Kota Blitar, sementara Ahya dan Raihan berasal dari Kabupaten Nganjuk. “Zacky sangat penasaran dengan objek-objek bersejarah di Kediri. Ketika dia bertanya kepada teman-temannya, ternyata banyak yang tidak tahu tentang hal itu,” kata Ahya, menceritakan bagaimana ide untuk game ini muncul.
Kondisi ini memotivasi mereka untuk membuat sebuah permainan yang bisa mengenalkan dan mempromosikan tempat-tempat bersejarah tersebut. Mereka berencana untuk mengikuti ajang Madrasah Young Researchers (MYRES) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag).
Proses pembuatan game ini melibatkan tahapan-tahapan yang cukup melelahkan. Setelah melakukan riset, mereka mengkurasi 10 situs cagar budaya yang akan dimasukkan dalam game. Beberapa di antaranya termasuk Gereja Merah, Gedung SMAN 1 Kota Kediri, Wisma Kapolres, dan Taman Siswa.
Game Kediri Ini Bikin Heboh: Jelajahi Cagar Budaya Seru
Dalam game ini, ada dua tokoh utama: Panji, seorang petualang, dan Mulyono, seorang profesor yang memberikan petunjuk. “Mulyono adalah karakter yang memberi tahu kita ke mana harus pergi, misalnya ke Gereja Merah,” jelas Raihan sambil menunjukkan cara bermain game ini.
Game ini dirancang agar mudah digunakan, dengan tampilan yang sederhana namun tetap menarik. Desain aplikasinya didominasi oleh warna ungu dan biru.
Keberhasilan mereka dalam kompetisi MYRES 2024 merupakan salah satu bukti bahwa game ini menarik perhatian. Dari ribuan proposal yang masuk, mereka berhasil masuk dalam 30 besar. “Dari awalnya ada tujuh ribu peserta, diseleksi menjadi 120 terbaik per bidang, dan akhirnya menjadi 30 besar,” kata Tyas Asih Ismiati, salah seorang guru pembimbing mereka.
Hasil ini tentunya merupakan hasil dari kerja keras mereka selama lima bulan, termasuk begadang hingga larut malam dan menyesuaikan dengan jadwal belajar mereka. Mereka juga melakukan observasi dan wawancara dengan berbagai narasumber serta mengumpulkan data dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri.
“Meskipun langkah kami di MYRES terhenti di 30 besar, kami terus mengembangkan game ini. Kami sudah mendapatkan banyak masukan dan kini sedang dalam tahap evaluasi sebelum peluncuran resmi,” tambah Tyas.
Karya kreatif seperti ini mendapat apresiasi besar dari para pendidik di sekolah mereka. Kepala MAN 2 Kota Kediri, Nursalim, menyebutkan bahwa proyek ini memberikan manfaat besar tidak hanya bagi siswa dan sekolah, tetapi juga bagi Kota Kediri. “Semua ini dikerjakan dengan penuh dedikasi dan dalam waktu yang sangat terbatas. Ini merupakan prestasi luar biasa dan akan memberikan manfaat besar bagi Kota Kediri saat game ini resmi diluncurkan,” tutup Nursalim.
Game Edukatif “Keche” Kenalkan Cagar Budaya Kediri, Curi Perhatian Kompetisi Nasional
Game edukatif “Keche,” yang diciptakan oleh M. Rif’an Ahya, Mohammad Raihan Irfanul Akbar, dan Zacky Althaf, bukan hanya merupakan karya inovatif, tetapi juga sebuah langkah signifikan dalam mengedukasi masyarakat mengenai cagar budaya Kota Kediri. Dengan desain yang sederhana namun menarik, game ini berhasil memasukkan 10 situs bersejarah ke dalam format interaktif yang mudah diakses.