Peringatan Haul Bung Karno ke-54 di Kediri memunculkan momen penting bagi warga Indonesia dengan doa bersama lintas agama di Situs Ndalem Pojok Persana Soekarno. Acara tersebut juga menyoroti upaya penelusuran sejarah kelahiran Bung Karno yang menjadi sorotan dalam diskusi terkait kebenaran historis.
Doa Bersama Haul Bung Karno: Penelusuran Sejarah Kelahiran Membuka Tabir
Untuk memperingati Haul Bung Karno yang ke-54, warga Kediri serta berbagai komunitas mengadakan acara doa bersama di Situs Ndalem Pojok Persana Soekarno, pada Jumat (21/6/2024).
Pada hari peringatan wafatnya Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia ini, panitia mengundang semua warga untuk ikut mendoakan Bapak Bangsa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
“Silakan hadir di Situs Ndalem Pojok, kita akan menyelenggarakan doa bersama lintas agama untuk Bapak Bangsa kita, Proklamator Kemerdekaan Bangsa,” ujar Tri Handono, Ketua Panitia.
Beliau menjelaskan bahwa kegiatan Doa Bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan telah dimulai sejak pagi. Acara dilanjutkan dengan khataman Al Quran dan doa-doa dari berbagai agama lainnya.
“Indonesia mempunyai semboyan Bhinneka Tunggal Ika, karena bangsa kita ini terdiri dari berbagai suku, agama, dan kepercayaan. Oleh karena itu, dalam peringatan Haul Bung Karno kali ini kami mengajak semua untuk berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing,” tambah Gus Ali Fikri, Panitia Khataman Al Quran.
Menurut Gus Ali, pada malam harinya acara akan dilanjutkan dengan doa bersama lintas agama serta selamatan, serta doa-doa yang disampaikan melalui tembang-tembang.
“Pada malam harinya, kita akan melanjutkan dengan doa bersama lintas agama yang akan dipimpin oleh tokoh-tokoh agama, serta acara ujuban, selamatan, dan doa-doa yang disertai dengan tembang Jawa,” jelasnya.
Momen Doa Bersama Lintas Agama dan Sejarah Kelahiran Bung Karno
Sementara itu, R. Kushartono, Ketua Harian Situs Persada Soekarno Kediri, menambahkan bahwa selain doa bersama, acara Haul Bung Karno juga akan mencakup diskusi hasil dari penelusuran sejarah terkait kelahiran Bung Karno yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.
“Kami baru saja pulang dari Singaraja Bali untuk menelusuri kebenaran sejarah kelahiran Bung Karno yang ada di Ploso Jombang. Sebelumnya kami juga telah menelusuri informasi dari keluarga di Blitar dan Tulungagung,” ungkap R. Kushartono.
Beliau mengatakan bahwa ditemukan beberapa sumber tulisan, buku, dan catatan yang berbeda-beda mengenai tempat kelahiran Bung Karno, seperti Blitar, Surabaya, dan Jombang. Selain itu, ada perbedaan mengenai tahun kelahiran, yakni 1900, 1902, dan yang paling umum dikenal adalah tahun 1901.
“Pada malam setelah acara doa bersama Haul ini, kami akan memaparkan semua hasil penelusuran ini, dan kemudian membuka forum diskusi lebih lanjut,” tambahnya.
Menurutnya, kejelasan mengenai sejarah ini sangat penting dan mendesak, mengingat pesan Bung Karno tentang Jas Merah.
“Kami berharap dengan masih adanya para keluarga sepuh dan keturunan Bung Karno, jika tidak segera diperjelas dan ditindaklanjuti, kami khawatir sejarah Bapak Bangsa akan kabur dan generasi berikutnya akan kehilangan jejak,” tuturnya.
Rencananya, hasil penelusuran ini akan segera dilaporkan kepada Ketua Yayasan Bung Karno.
“Insya Allah, minggu depan kami akan mengunjungi Mas Guruh di Jakarta. Kami telah berkoordinasi dengan sekretaris Yayasan Bung Karno, semoga kami bisa diterima pada bulan Juni ini,” pungkasnya.
Peringatan Haul Bung Karno ke-54: Doa Bersama Lintas Agama dan Penelusuran Sejarah Kelahiran
Acara peringatan Haul Bung Karno ke-54 di Kediri tidak hanya menjadi momentum untuk mendoakan Bapak Bangsa lintas agama, tetapi juga mengajak untuk merenungkan berbagai interpretasi sejarah seputar kelahiran Bung Karno. Diskusi yang dipimpin oleh panitia mengungkapkan perbedaan pendapat terkait tempat dan tahun kelahiran yang masih membingungkan. Penelusuran yang dilakukan oleh panitia hingga Bali dan Jawa Timur menunjukkan komitmen untuk mengungkap kebenaran sejarah yang mendalam. Dengan harapan agar generasi mendatang dapat menghargai dan memahami warisan sejarah dengan lebih baik, penelusuran ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang jejak Bapak Bangsa Indonesia.